Hari ketiga 11/06/2015: Anak Anak dan Cerita Badut

Hari ketiga 11/06/2015

  Hari ini merupakan hari yang membuat diri penulis sangat ingin tahu kelanjutan dari cerita mengenai pengajaran anak ini. Kali ini proses pengajaran dilakukan di ruangan utama masjid alias lantai atas. Di sela sela pengajaran ketika itu ada abang dan uni yang membawa acara untuk merapihkan barisan. Sedangkan penulis dan pak ustadz mengobrol. Beliau berpesan bahwasanya ketika kita ingin mengajar anak kita harus tahu pisikologi anak. Selain itu hati kita harus merasa ikhlas dan senang kepada anak anak lantaran perasaan dari dati bisa memancar ke wajah. Beliau menceritakan kepada penulis bahwa ia sangat sibuk lantaran memiliki banyak kerjaan dari subuh hingga siang mengajar dipesantren, dari siang hingga maghrib mengajar anak anak di masjid kemudian mandi di dirumah dan dilanjut mengajar kembali di masjid muhammadiyah hingga jam 9. Kemudian dari jam 9 hingga jam 12 mengobati pasien dengan pengobatan ala Nabi juga melakukan rukyah. Padahal beliau mengatakan ketika kecil sangat penakut sekali jam 8 pulang waktu itu sudah tidak berani namun sekarang beliau telah merukyah beberapa orang dengan berbagaimacam jenis jin. Belau mengatakan di tempat perakteknya itu adalah cabang dari tempat praktek yang masuk di acara rukyah di trans7, sebenarnya nama acaranya penulis kurang ingat. Pasien nya juga dari berbagai daerah dari jambi hingga jakarta.

Hal hal tersebut sangat melelahkan namun,
kata beliau, ketika kita sedang melakukan sesuatu di jalan Allah SWT maka Allah SWT akan mencukupi kebutuhan kita. Selain kita wajib percaya kepada janji Allah SWT Ketika dulu pak ustadz termasuk anak yang sangat ingin tahu. Ketika ia mengetahui bahwa ketika menyumbang uang dengan jumlah tertentu ia akan dapat balasan dari jalan yang tidak disangka sangka beliau mencobanya. Setelah itu ternyata ia mendapati di ada seseorang yang tiba tiba memberinya uang. Begitu pula ketika pak Ustadz melakukan solat duha 2 hingga 4 rokaat ketika itu ia tembus ujian masuk suatu tempat yang sainganya sangat banyak, sekitar 150000an orang. Begitu juga ketika mengikuti ujian yang lain ia lolos dengan selamat. Namun ketika tidak menegrjakan solat lagi Allah SWT menakdirkan untuk sakit ketika hendak cek kesehatan di suatu tes masuk perusahaan.
“Pak Ustadz ini gimana anak anak sudah siap. Apakah mau muroja‘ah?” abang berkata kebada ustadz. Ketika itu penulis dan pak ustadz duduk di tempat imam berdiri. Ketika penulis mengamati anak anak kebanyakan mereka memandangi penulis, barangkali karena kehadiran penulis masih dianggap asing oleh mereka.
Diambilah mik oleh pak ustadz. Tiba tiba ada anak yang berdiri langsung pak ustadz berkata “itu yang berdiri pak ustadz tidak menyuruh kamu berdiri“ dengan nada yang tenang. Terlihat juga oleh pak ustadz seorang murid yang mengenakan peci warna oren „“alhamdulillah peci kamu bagus ya ...(sambil nama murid)“ langsung ia melepas dan memakai pecinya kembali namun dengan tidak rapi. “ayo pake yang bagus, bapak tidak suka kamu pakai kayak gitu..“  subhannallah kata perintah “tidak suka“ itu baru aku dapatkan setelah dua tahun mengajar di Arrohman ternyata digunakan juga oleh pak Ustadz ya. Kemudian murid tersebut menurut dan mengenakan pecinya dengan rapi.
“Kalau kita menghapal alkuran kita bisa cerdas... “ ceramah pak ustadz berlanjut, kemudian pak ustadz meberikan materi. Materi hari ini berupa latihan meghafal surat yasin beberapa ayat. Teknisnya adalah ketika pak Ustadz telah membaca 1 ayat kemudian murid mengikuti. Diulang beberapa kali dan kemudian lanjut ke ayat 2 hingga 4. Kamudian pak ustadz memberi tantangan kepada anak anak bahwa siapa yang berani mengulang. Kemudian ada satu santri akhwat yang berani. Begitulah keberjalanan TPA untuk hari ini. Namun pak ustadz memberikan MIK nya kepada penulis. „kepada abang ilham silahkan memperkenalkan diri“ penulis merasa kaget namun akhirnya memberanikan diri dan memperkenalkan diri. Itulah pengalaman pertama berbicara di depan anak anak. Mekipun di Arrohman sudah biasa. Kali ini terasa berbeda lantaran anak yang ada sangat banyak. Mencapat 50an yang terdiri dari santri ikhwan dan akhwat. Ketika di depan mulailah ada anak yang mengobrol „diam“ kata penulis ternyata kata itu malah membuat anak anak semakin mengobrol. Akhirnya penulis memindahkan mik nya kepada pak ustadz „Perlu ada sesuatu yang membuat perhatian anak ke sini“ bisik beliau. Namun karena penulis belum tahu langsung diserahkan saja kepada beliau.
Waktu berlalu duduklah penulis kembali dengan pak Ustadz. Beliau mencerikan sebuah cerita dimana pada suatu hari ada seorang anak yang memiliki kelainan dibanding anak seusianya. Ia suka menggambar badut. Ketika anak itu ditanya „berapa 2+2?“ ia menggambar badut begitu pula apabila ditanya dengan pertanyaan yang lain, jawabnya dijawab dengan menggambar badut. Hingga guru yang paling seniorpun membantu supaya sang anak ini bisa normal. Namun tidak bisa sama sekali ia tetap menggambar badut. Suatu ketika ada seseorang pemuda yang meberanikan diri untuk membantu anak tersebut menjadi orang yang normal. Singkat ceria awalnya orang orang tidak setuju karena guru yang senior saja tidak mepan mendidik anak tersebut. Namun ia kemudian distujui dengan diberi waktu 1 minggu. Lalu sang anak ini diantarkanlah ke rumahnya ketika ditanya dimana rumahnya ia menggambar badut. Namun karena orang ini  sedikit mengetahui kira kira posisi rumahnya ia mengantarkanya. Dengan membawa lembaran yang berisi gambar badut berjalanlah anak tersebut ke rumahnya. Kemudian setelah sampai teryata yang dimaksud orang tersebut kurang tepat karena itu adalah rumah pamanya. Ketika itu si anak polos saja dan masuk ke rumah pamanya. „Halo adik“ sapanya. Si anak ini menggambar badut dan berkatalah si paman „bagus!“ si anak keheranan selama ini ia tidak pernah mendapat pujian itu.
Setelah berjalanya waktu ketika orang yang hendak membantu anak tersebut mengetahui rumah sebenarnya anak itu. Ketika di kamar anak ia terkaget. Ternyata seluruh kamarnya penuh dengan kertas bergambar badut. Setelah dicari tahu ternyata si anak ini baru di berikan pujian dengan kata „Bagus!“ dari pamanya sehingga ia senang dan menggambar terus menerus.
Terbentuklah ide dari orang tersebut. Ia memberikan soal yang paling mudah untuk anak seusianya, 1+1, spontan sang anak menggambar badut namun ketika menggambar orang tersebut memberitahunya “dua adik” kemudian ditulisnya angka 2 “Bagus!” mendengar itu sang anak sontak senang dan langsung mencari tahu jawaban soal yang lain. „Bagus!“ selang beberapa waktu kemudian  orang tersebut mencari kemana anak tersebut namun tidak ada dimana mana. Ketika ia mencari di loker ia menemui anak tersebut rupanya anak tersebut belajar di loker. Padahal hari minggu. “adik kenapa kamu nggak main hari ini kan minggu” sang adik menjawab “aku ingin belajar, karena dengan belajar aku senang mendapat pujian” begitulah jawabnya. Kesimpulan cerita tersebut adalah bahwa anak itu perlu sedikit sedikit dikasi pujian. Sehingga ia merasa senang . itulah cerita yang diberikan pak ustadz. Waktu sudah malam anak anakpun  dipersilah kan pulang. Sesuatu yang biasa dilakukan ketika pulang adalah salim. Dengan itu pengajar mengetahui siapa yang hadir. Penulis diperkelalkan ada anak yang menghapal al-Qur‘an namun ia tetap juara 1 di sekolah. Subhallanallah.

Ada kejutan lagi yang tak kalah menarik “Ilham, bapak mau kasih tantangan buat kamu, besok kamu cerita tentang puasa ya di depan anak anak? Siap?“ pelulis merasa terkejut lantaran baru beberapa kali bertemu saja sudah dipercaya menjadi „abang“ pencerita. „Baik pak ustadz InsyaAllah saya siap“.

Comments

Popular Posts