Hari ke Dua: Keunikan ujian
Hari kedua
Hari ini penulis
berpuasa sehingga ketika adzan magrib berbuka di kosan terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan solat maghrib di mushola dekat kosan dan makan masakan padang. Wah,
waktu berjalan begitu cepat sekitar 15menitan lagi isya. “ham pake motorku bisa
ham” teman penulis yang bernama riyan meminjamkan motornya untuk penulis pakai
menuju tempat mengajar ngaji. Namun, karena ingin beda hari ini penulis memilih
menggunakn angkutan kota. Pada malam hari di indarung sangat jarang orang yang
menggunakan angkot sebagai sarana transportasi selain itu kalaupun ada
penumpang yang sedikit hingga sempat ditawari supir angkot tariff “taksi”
lantaran tidak ada penumpang yang naik selain penulis. Akhirnya berhasil
membayar dengan tariff yang normal dan sampai di masjid. Bergegaslah penulis
menuju tempat belajar mengajar. Ternyata suasana yang ramai berada di lantai
bawah.
Tampak abang yang
membantu pak ustadz memberi aba aba “ayuk adik adik berkumpul di depan semuanya
dengan kelomok masing masing dari hitungan 1 sampai 10. Satu... dua...“ penulis
terkagum ternyata cara ini cukup effektif membuat anak disiplin dan rapih dalam
berbaris. Selain itu pak Ustadz mengatakan bahwa anak anak itu sangat suka
bertanding dalam atrian diberi kuis atau pertanyaan.
Hal yang biasa
terjadi dan penulis perhatikan adalah ketika anak anak duduk secara berkelompok
ada beberapa anak yang mengobrol. Seketika pak Ustadz memanggil namanya dan
berbicara“ fulan, kamu membuat kelompoknya menjadi cacat karena ribut“. Hal ini
membuat anak tersebut menjadi diam dan ketika ada yang berbuat hal serupa teman
temanya mengingatkan ketika ada teman yang ribut untuk diam lantaran takut
dibuat kelompok nya jelek.
Satu hal adalah
ketika penulis amati sebelum di bubarkan beberapa abang dan uni(panggilan ke
laki laki dan perempuan yang lebih tua) sibuk menghitung sesuatu yang ternyata
uang. Kemudian setiap orang
mendapatkan 50rb rupiah. Ternyata di sini setiap murid membayar SPP sebesar 15.000.
Per minggunya bulannya
Bless ternyata listrik
dalam masjid padam namun anak anak meski panic sedikit lantaran lampu yang juga
ikut padam membuat suasana kelas yang berada di ruangan utama masjid tersebut
ramai. Namun kendati demikian
para pengajar dan pak ustadz dapat mengendalikan keadaan. Kelas di bubarkan
berdasarkan kelompok dengan tertib.

Comments
Post a Comment