Bandung Alias Paris van Java

Gedung sate, salah satu pninggalan Belanda
Institut Teknologi Bandung
Sudah setahun lebih saya merasakan atmosfir Bandung, selama saya di Bandung saya selalu mengamati bagaimana dan seperti apa Bandung itu.

Saya bermukim di kos kosan dekat ITB, tepatnya Bandung bagian utara, di bandung utara adalah pusat pemerintahan Jawa Barat karena terdapat gedung Sate peninggalan Kolonial Belanda, gedung yang megah plus bersejarah.

Di Bandung saya juga melihat masih banyak rumah-rumah peninggalan belanda yang asli, hal ini karena pemerintah membatasi izin untuk merenovasi serta mengubah struktur bangunan peninggalan Belanda tersebut, oleh karena itu di daerah bandung masih nampak masa-masa kolonial dulu.

memang jika saya amati Belanda sangat baik dalam menata kota, perlu anda ketahui bahwa penataan kota, seperti jalan-jalan di sekitar bandung, perumahan, PLTA, serta Observatorium  Boscha adalah peninggalan belanda yang masih bisa kita lihat hingga sekarang.

saya begitu takjub takala waktu itu Obsevatorium Boscha dibangun pada tahun 1923, ya dengan bangunan yang sangat canggih pada zamanya dengan teropong berdiameter sebesar payung, belanda berani berinvestasi di Indonesia, tentu untuk kepentingannya.

begitu juga dengan penataan jalan-jalan serta perumahan, bila anda berpergian ke bandung, antara bandung utara, hingga selatan anda akan melihat jalan-jalan besarta rumah yang masih tertata hingga saat ini, belanda juga menyediakan taman-taman sebagai penyeimbang dengan bangunan kota, salah satunya taman Lansia yang terletak persis di samping bandung. tak ketinggalan bangunan tempat Soekarno mengenyam masa kuliah teknik sipil, Technische Hogeschool (TH), (sekarang ITB), yang dibangun tahun 1920. arsitektur dari bangunan tersebut sungguh luar biasa.
Gedung Bank Indonesia di Bandung

hal itu dikarnakan Bandung sempat menjadi ibukota Hindia Belanda, sehingga dipersiapkan dengan matang oleh Belanda untuk pusat pemerintahanya.

Namun sekarang setelah Bandung berpindah ketangan Indonesia, fakta berbicara lain. penataan kota yang sanagt baik pada zamanya sekarang sudah berbeda, saya melihat banyak sekali pemukiman-pemukiman padat penduduk, seperti di Jalan pelesiran, jika anda belum tahu, ketika melintas jembatan Surapati dapat dengan mudah dilihat perumahan perumahan yang tidak layak, dan sangat padat.

Bis ini sebagai trasnsportasi warga paris dari rumah ke Terminal
Bandung menjadi kota wisata aldernatif bagi warga jakarta untuk weekend ,selain puncak. bandung mendapat julikan Paris van Java pendapatan pertahun pemerintah sangat banyak, di bandung juga ditemukan banyak sekali toko-toko baju, hotel yang selalu penuh tiap minggu, serta mal-mal yang selalu ramai. begutu juga kos-kosan, dimana bandung memiliki begitu banyak unversitas yang berimplikasi kepada penduduk bandung. ITB sendiri (tahun 2011) mempunyai mahasiswa sebnayak 19,440 orang. belum ditambah Unpad, dan universitas swasta lainya.

begitu padatnya kota Bandung ini, rasanya julukan Paris van Java masih di ragukan.

ketika saya di paris, menemui saudara saya, saya melihat banyak sekali moda transportasi yang saling terhubung satu sama lain, misalnya dari rumah sepupu saya bisa naik Bus menuju terminal, dilanjut dengan MRT (kereta bawah tanah) tanpa merasakan macet sedikitpun. masyarakat di sana juga menggunkan dengan baik. semua itu dapat dilakukan hanya dengan satu jenis tiket.

ini, salah satu pemandangan dari rumah Sepupu, Paris
ketika saya mengikuti seminar mengenai transportasi di ITB, ternyata salah satu kunci untuk membuat transportasi yang efisien dan baik adalah menggunakan satu alat bayar untuk semua moda. dan hal ini masih sama sekali belum diterapkan di Indonesia.

Gedung sate, Paris van Java,
sebenarnya masih banyak lagi langkah yang bisa di lakukan untuk membuat bandung menjadi Paris van Java. kita sudah memiliki tangkuban perahu, pegunungan di Dago atas, Boscha, Gedung Sate, dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan. kita memiliki lebih dari apa yang dimiliki Paris , hanya saja masalah utamanya adalah penataan dan fasilitas kota yang baik menjadi salah satu kuncinya, menuju Paris van Java. (*)

Muhammad Ilham Nafan
Mahasiswa ITB

Comments

Popular Posts